Anyaman merupakan salah satu teknik yang kerap dipakai dalam pembuatan beragam produk kerajinan. Seperti halnya yang dilakukan oleh Wahyudi pemilik "Dfanda Rotan", dituntut untuk terus mengembangkan usaha produk kerajinan anyaman rotan sintetis yang digeluti sejak Tahun 2015 hingga saat ini.
Di rumah produksi yang berlokasi di Jalan Kapten Jama'ari Desa Jatisari, Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang, memproduksi berbagai macam kerajinan anyaman rotan sintetis yang diolah sedemikian rupa untuk menjadi produk kreatif yang memiliki nilai jual.
"Saya mulai merintis usaha ini pada Tahun 2015 berdasarkan pengalaman 15 tahun berada di Bali. Jadi, saya mengembangkan usaha di daerah sendiri ini sudah berlangsung selama 5 tahun. Alhamdulillah, sambutan masyarakat bagus sekali," Ujar Wahyudi saat ditemui, Kamis (7/1/2021).
Pembuatan furniture yang dilakukan oleh "Dfanda Rotan" tetap mengandalkan metode handmade dalam proses menganyam. Wahyudi menilai cara itu bisa menghasilkan produk furniture yang lebih rapi dan kuat. Sementara untuk daya tahan rotan sintetis itu sendiri jauh lebih lama dari rotan alami, sehingga pemakaian di ruangan terbuka sekalipun bisa tahan cuaca ekstrem sampai lebih dari 5 tahun.
Berbagai produk kerajinan rotan sintetis yang dihasilkan, mulai dari kursi, meja, vas bunga, kursi terapung dan masih banyak furniture lainnya. Pangsa pasarnya luas, karena bukan hanya di lokalan saja, namun bergantung pada pemesan. Bahkan ada pemesan dari luar daerah, seperti Bali, Tanggerang, Kepulauan Seribu, Kalimantan dan Papua.
Ia menambahkan, industri rumah tangga yang digelutinya menyerap tenaga kerja anak-anak muda dari daerahnya sendiri. Hal itu dilakukan, karena dirinya berkeinginan agar bisa meningkatkan potensi anak-anak muda, sehingga harapannya dapat membantu perekonomian warga sekitar.
"Saya ingin meningkatkan potensi anak-anak muda di sini, di samping menyerap tenaga kerja juga dapat membantu secara ekonomi bagi warga. Di sini (tempat produksi -red) memiliki karyawan ada 10 orang, di antaranya 2 orang bagian membuat kerangka, 7 orang bagian menganyam, dan 1 orang bagian finishing," ungkapnya.
"Buat anak muda janganlah menyerah, teruslah berinovasi untuk memajukan UMKM di Kabupaten Lumajang," pesan Wahyudi.
Sementara itu, beberapa pekerja yang ada di "Dfanda Rotan" menjelaskan bahwa dalam proses menganyam dalam satu hari mampu menyelesaikan 1 atau 2 produk. Nantinya upah yang diterima itu dihitung perhari dengan jumlah Rp. 50.000 sampai Rp. 100.000, tergantung kerumitan dan ukuran anyaman yang dihasilkan. (Kominfo-Lmj/ad)