Keindahan dan Kebersamaan dalam Upacara Piodalan di Pura Mandara Giri Semeru Agung
18 Juli 2024 | Dilihat 2063 kali | Penulis Dika . Redaktur Ardi

Kamis (18/7/2024) menjadi hari yang istimewa bagi Pura Mandara Giri Semeru Agung di Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Pj. Bupati Lumajang Indah Wahyuni (Yuyun) hadir untuk merayakan upacara Piodalan, sebuah acara yang hanya dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Upacara Tawur Agung Labuh Gentuh, Panca Wali Krama, dan Pengusaban ini bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga simbol dari harmonisasi dan kebersamaan masyarakat setempat.

Rangkaian Acara Sakral

Sebelum upacara utama dimulai, berbagai acara pendahuluan telah dilakukan sejak 8 Mei. Matur Piuning Pura Mandara Giri Semeru Agung, upacara melasti, dan puncak karya menjadi bagian dari rangkaian yang mengantarkan pada hari puncak, yang akan dilaksanakan pada 20 Juli 2024. Seluruh rangkaian upacara akan ditutup dengan berbagai acara pada 4 Agustus.

Kehadiran Tokoh-Tokoh Penting

Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Pj. Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono, Mantan Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace), Ketua PHDI Jawa Timur, I Gusti Putu Raka Artama, Dirjen Bimas Hindu Kementrian RI, I Nengah Duija, serta pejabat dari Provinsi Bali dan Forkopimda Kabupaten Lumajang. Kehadiran para pemedak dari seluruh Bali semakin menambah khidmatnya suasana.

Penanaman Pohon Kenanga: Simbol Keharmonisan Alam

Setibanya di Pura Mandara Giri Semeru Agung, Pj. Bupati Lumajang bersama Pj. Gubernur Jatim dan tamu undangan lainnya melakukan penanaman pohon bunga kenanga di sekitar area halaman pura. Penanaman pohon ini menjadi simbol dari upaya menjaga keharmonisan antara manusia dan alam.

Harmoni dan Kebersamaan

Upacara Tawur Agung Labuh Gentuh, Panca Wali Krama, dan Pengusaban bukan hanya sekedar ritual keagamaan, tetapi juga merupakan simbol harmonisasi dan kebersamaan masyarakat setempat. Masyarakat bersama-sama bekerja untuk memastikan pelaksanaan upacara berjalan lancar. Dengan penuh khidmat, mereka berpartisipasi dalam rangkaian upacara yang bertujuan untuk membersihkan dan menyucikan lingkungan, serta memohon restu dari para dewa agar kehidupan tetap harmonis dan sejahtera.

Setiap elemen dalam upacara ini memiliki makna mendalam. Tawur Agung Labuh Gentuh bertujuan untuk menetralisir kekuatan negatif dan mengembalikan keseimbangan alam. Sementara itu, Panca Wali Krama adalah upacara besar yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan dari lima dewa utama dalam kepercayaan Hindu Bali.Pengusaban, sebagai rangkaian penutup, adalah prosesi suci untuk menyempurnakan seluruh rangkaian upacara.

Tidak hanya warga setempat yang berpartisipasi, tetapi juga banyak wisatawan dan umat Hindu dari berbagai daerah yang datang untuk mengikuti dan menyaksikan upacara ini. Mereka datang dengan harapan dapat merasakan langsung nuansa sakral dan kebersamaan yang terjalin dalam setiap prosesi.

Simbolik dan Inspiratif

Upacara ini juga menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan dan memperkuat rasa solidaritas antarwarga. Dengan bekerja sama dalam mempersiapkan dan melaksanakan upacara, masyarakat menunjukkan komitmen mereka untuk menjaga tradisi dan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Dalam suasana yang penuh kekhidmatan dan kebersamaan, upacara Tawur Agung Labuh Gentuh, Panca Wali Krama, dan Pengusaban ini tidak hanya menghubungkan masyarakat dengan leluhur dan dewa-dewa, tetapi juga memperkuat ikatan sosial di antara mereka. Dengan demikian, upacara ini menjadi simbol harmonisasi dan kebersamaan yang menginspirasi dan menguatkan seluruh lapisan masyarakat. (Kominfo-lmj/Ad)

Portal Berita Lumajang V.2021.2.1 © Hak Cipta Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Lumajang | Dibuat dan dikembangkan dengan