Menanamkan Cinta Budaya: Ludruk Sebagai Identitas Bangsa di Era Globalisasi
29 November 2024 | Dilihat 538 kali | Penulis Mohammad Yasin . Redaktur Ardi
Foto : Dok. Dikbud-lmj

Di tengah gempuran budaya modern dan arus globalisasi yang semakin deras, kesenian tradisional Indonesia, termasuk ludruk menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan eksistensinya. 

Menyadari pentingnya regenerasi dan inovasi dalam melestarikan warisan budaya tersebut, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Lumajang menyelenggarakan Workshop "Ludruk Goes to Millenials" dengan tema "Dari Kaum Muda untuk Kemajuan Budaya".

Workshop yang dilangsungkan di Sanggar Sabdaaji, Jogotrunan Lumajang pada Rabu, (28/11/2024) tersebut, diikuti oleh 56 siswa SMA/SMK di Lumajang.

Acara ini dirancang khusus untuk menjembatani kesenian ludruk dengan generasi milenial. Melalui berbagai kegiatan yang interaktif dan menarik, para peserta diharapkan dapat mengenal lebih dekat kesenian ludruk, memahami nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, serta termotivasi untuk berperan aktif dalam pelestarian dan pengembangannya.

Kepala Seksi Sejarah, Cagar Budaya dan Permuseuman Dindikbud Lumajang, Ribut Santoso menyampaikan keprihatinannya atas semakin pudarnya minat generasi muda terhadap kesenian tradisional.

"Ludruk merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas budaya bangsa Indonesia. Kita tidak boleh membiarkan kesenian ini punah begitu saja. Generasi muda harus kita libatkan dalam upaya pelestarian ludruk, sehingga kesenian ini dapat terus hidup dan berkembang di masa yang akan datang," katanya. 

Menurutnya, ludruk bukan hanya sekedar bentuk hiburan, tetapi juga media untuk menyampaikan pesan moral dan nilai-nilai kehidupan yang luhur.

"Ludruk mengajarkan kita tentang pentingnya kebersamaan, gotong royong, dan cinta tanah air. Nilai-nilai ini sangat penting untuk ditanamkan pada generasi muda agar mereka menjadi generasi yang berkarakter dan bermoral," jelasnya. 

Ia menambahkan, workshop tersebut tidak hanya dilakukan pemaparan materi oleh para narasumber, namun juga menampilkan pertunjukan ludruk oleh seniman-seniman ludruk Lumajang. Lakon yang dibawakan adalah "Sarip Tambak Oso", sebuah cerita klasik yang sarat akan nilai-nilai moral. 

"Pertunjukan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman menyaksikan ludruk secara langsung kepada para peserta dan menumbuhkan apresiasi mereka terhadap kesenian ini," pungkasnya. 

Diharapkan, melalui workshop "Ludruk Goes to Millenials" ini, para peserta tidak hanya mendapatkan pengetahuan tentang ludruk, tetapi juga terinspirasi untuk menjadi pelopor dalam pelestarian dan pengembangan ludruk di masa depan. (Dikbud/Kominfo-lmj/Ysn/Ard)

Portal Berita Lumajang V.2021.2.1 © Hak Cipta Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Lumajang | Dibuat dan dikembangkan dengan