Stunting bukan sekadar masalah gizi, tapi ancaman nyata bagi masa depan Indonesia. Dampaknya yang merusak perkembangan fisik dan kognitif anak menjadikan stunting sebagai musuh bersama yang harus ditangani secara serius sejak dini.
"Stunting adalah kegagalan tumbuh dan berkembang akibat kekurangan gizi kronis pada 1.000 hari pertama kehidupan," ujar Maulana Khoironi Ahmad, anggota Persagi Lumajang, saat Talkshow Jelita di LPPL Radio Suara Lumajang, Minggu (25/5/2025).
Pemerintah Kabupaten Lumajang merespons tantangan ini dengan membentuk tim penanggulangan stunting di setiap layanan kesehatan, dari Puskesmas hingga desa. Masyarakat pun diajak lebih aktif untuk mengenali dan mencegah stunting sejak awal.
"Kalau ada tanda-tanda stunting, segera konsultasi ke Bidan atau Posyandu terdekat. Jika perlu, minta rujukan ke Puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut oleh tim khusus," jelas Maulana.
Upaya ini menyasar empat strategi utama:
Selain itu, peningkatan akses layanan kesehatan ibu dan anak, seperti imunisasi dan pemeriksaan kehamilan rutin, juga menjadi bagian penting dalam pencegahan.
Maulana menegaskan, memutus rantai stunting bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi gerakan kolektif semua elemen bangsa untuk menyiapkan generasi masa depan.
"Generasi bebas stunting adalah kunci Indonesia maju dan berdaya. Kita butuh anak-anak yang sehat dan cerdas untuk mewujudkan cita-cita bangsa di 2045," tegasnya. (MC Kab. Lumajang/Bob/An-m)