Tari Topeng Kaliwungu Tampil Kolosal, 500 Pelajar Lumajang Guncang Panggung Budaya Nusantara
30 Juni 2025 | Dilihat 1984 kali | Penulis Ardi . Redaktur Anam

Angin sore yang bertiup lembut di Pantai Watu Pecak, Lumajang, seolah membawa harapan dan semangat baru bagi kebudayaan lokal. Minggu (29/6/2025), pantai yang biasanya tenang itu berubah menjadi lautan manusia. Ribuan warga berkumpul menyaksikan penampilan kolosal 500 penari Topeng Kaliwungu. Bukan sekadar pertunjukan, ini adalah panggung besar yang membuktikan bahwa budaya tradisional masih hidup dan dicintai, terutama oleh generasi muda. Dari atas pasir hitam, ratusan pelajar SMP dan SMA Lumajang menari dengan semangat yang membara.

Tari Topeng Kaliwungu yang mereka bawakan bukan hanya gerakan indah, tetapi juga warisan luhur yang penuh makna. Topeng bukan sekadar kayu berukir, tetapi lambang karakter, nilai-nilai kebaikan, dan semangat untuk terus bertahan dalam arus perubahan zaman.

Tak sendiri, tarian ini tampil beriringan dengan atraksi Jaran Kencak kesenian tradisional khas Lumajang lainnya. Empat kuda hias tampil anggun dan penuh energi, menambah semarak acara budaya yang membanggakan ini.

Tahun ini, tema pertunjukan menyoroti "kebangkitan". Kisah tentang bagaimana Topeng Kaliwungu yang dulu mulai terpinggirkan, kini kembali berdiri tegak. Menari bukan untuk nostalgia, tapi untuk merayakan eksistensinya yang terus bertumbuh.

Aura semangat terlihat jelas di wajah-wajah para penari. Gerakan mereka menggambarkan keteguhan, ketekunan, dan rasa cinta terhadap budaya sendiri. Energi itu menular ke ribuan penonton yang larut dalam alunan musik dan hentakan langkah para penari.

Lita, salah satu pengunjung, tampak terharu. "Bagus sekali. Ini bukan hanya tontonan, tapi juga pengingat bahwa kita punya warisan yang luar biasa. Saya bangga jadi warga Lumajang," ucapnya dengan mata berbinar.

Sementara itu, para penari muda mengaku bangga dan bahagia bisa tampil di panggung besar seperti ini. Meski latihan hanya dilakukan dalam waktu singkat, mereka menunjukkan dedikasi dan semangat yang luar biasa.

Sasa, salah satu penari, mengaku sempat merasa kesulitan karena tampil di pasir dan harus menyesuaikan gerakan dengan puluhan penari lainnya. Namun semangat untuk membawa budaya lokal ke level yang lebih tinggi membuat rasa lelah tak terasa.

"Latihannya sebulan, kira-kira empat kali. Tantangannya karena tempatnya di pasir, tapi kami senang banget bisa tampil. Ini pengalaman tak terlupakan," katanya dengan senyum lebar.

Bagi Zuniar, pengalaman ini adalah bentuk kontribusi nyata sebagai generasi muda. "Kita jadi tahu kalau budaya kita itu hebat. Dan kita yang harus melanjutkan, bukan orang lain," tuturnya penuh semangat.

Penampilan para penari pun mendapat apresiasi luas dari masyarakat. Banyak yang mengabadikan momen ini melalui ponsel mereka, menyebarkan aura positif dan kebanggaan atas kekayaan budaya Lumajang ke media sosial.

Bupati Lumajang, Indah Amperawati (Bunda Indah), menyampaikan rasa bangganya atas terselenggaranya event Segoro Topeng Kaliwungu, yang kini masuk dalam daftar 110 Kharisma Event Nusantara dari Kementerian Pariwisata.

“Ini adalah bagian dari upaya kami untuk terus mengangkat budaya lokal. Kami ingin dunia tahu bahwa Lumajang punya potensi besar dalam pariwisata berbasis budaya,” ujarnya.

Ia juga menambahkan pentingnya peran generasi muda dalam menjaga keberlangsungan budaya daerah. “Terima kasih anak-anakku, mari kita jaga dan rawat warisan ini bersama-sama. Kalian adalah pelanjut sejarah yang luar biasa,” ujar Bunda Indah dengan penuh kebanggaan.

Selain itu, Bunda Indah berharap semakin banyak pihak yang mendukung perkembangan pariwisata Lumajang, termasuk investasi yang mampu menghadirkan fasilitas lebih baik untuk para wisatawan.

“Lumajang punya alam yang indah dan budaya yang kuat. Kalau dua kekuatan ini bisa dikembangkan dengan baik, maka kita bisa menjadi destinasi unggulan nasional bahkan internasional,” lanjutnya optimis.

Sore itu, ketika matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, semangat ratusan penari masih membekas di hati semua yang hadir. Mereka telah menanam benih kebanggaan, dan ke depan, benih itu akan tumbuh menjadi pohon kuat bernama identitas bangsa. (MC Kab. Lumajang/Ard/An-m)

 

Portal Berita Lumajang V.2021.2.1 © Hak Cipta Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Lumajang | Dibuat dan dikembangkan dengan